Atas nama orang orang Bugis Pua Ado La Tojeng berjanji mematuhi perjanjian ini dengan setia, orang orang bugis akan mematuhi perjanjian secara turun temurun.
Untuk menjaga keutuhan wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di perbatasan pesisir pantai selat makasar maka dengan sukarela dan rasa pengabdian yang tinggi kepad Sultan berangkatlah satu rombongan dari Pusat pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang sebagian besar rombongan ini berasal dari penduduk kampung Panji Tenggarong dengan menempuh perjalanan darat dari Tenggarong melalui jalur Samarinda tersebar dari Marang Kayu yang kemudian membuka kampung di Marang kayu keturunannya yang terkenal adalah Petinggi Taton, rombongan yang melanjutkan perjalanan ke daerah Santan kemudian membuka Kampung Santan yaitu sorang yang diberi gelar dengan nama Singa Jujung, dan putranyanya dengan nama gelar Singa Sigun dan Singa Muda.
kemudian yang melanjutkan perjalanan kearah Bontang yaitu Gunung Terake yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Sari dekat aliran Sungai Api-api Bontang yaitu seorang yang bernama Bahda, sampai saat ini makam beliau masih dapat kita saksikan di daerah Rinding Kelurahan Api-api kearah Timur jembatan Jl.Ahmad Yani Bontang dan keturunan beliau sampai saat ini masih menepati wilayah perkampungan orang Kutai di Gunung Sari Bontang.
Selanjutnya yang melanjutkan perjalanan kerah Utara membukla perkampungan di Lempake saat ini kampung Lempake masuk dalam wilayah Kelurahan Loktuan di km 2 yang lebih dikenal masyarakat dengan pemakaman Lempake. yaitu seorang yang bernama Tada’ bin Muhamad beserta istrinya bernama Sa’diah, makam beliau ini terdapat di Pemakam keluarga besar orang-orang Kutai di Lempake Kelurahan Loktuan dan rekan satu rombongan bersamanya yaitu seorang yang bernama Rembang beserta istrinya bernama rinting yang kemudian pindah menetap di kampung Kanibungan dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Kanibungan kelurahan Guntung. Turut pula dalam rombongan ini seorang yang bernama Laksa, dalam riwayat orang-orang Kutai di Guntung yang di ceritakan secara turun-temurun bahwa Laksa ini seorang yang berperawakan tinggi besar berkulit gelap merupakan sosok seorang yang gagah berani kerena mampu menghalau lanun bajak laut yang akan merapat di pesisir pantai selat makasar, dalam pertempuran yang tidak seimbang jumlahnya ini beliau mampu melumpuhkan musuh-musuhnya namun setelah pertempuran hebat ini beakhir beliau menghembuskan napas terakhirnya, meninggal dunia kerena kelelahan dan kehabisan tenaga, atas permintaan beliau terakhir sebelum meninggal agar dimakamkan didaerah benuang bepanta saat ini telah menjadi perkampungan penduduk jalan sidrap dan sampai saat ini makam beliau masih dapat kita saksikan.
Kemudian Putra Tada’ yang pertama bernama Ismail membuka Kampung Kanibungan dan putra keduanya bernama Mustaf membuka Kampung Paku aji keturun dari beliau inilah yang kemudian menjadi penduduk Guntung secara turun temurun, sisa dari rombongan ini terus melanjutkan perjalanan ke arah Bengalon Kutai Timur yang kemudian membuka kampung di Sangata Ibu Kota Kutai Timur yaitu nama yang bergelar Singa Geweh, dan Singa Karti.
thanks sob infonya
BalasHapusHai sobat,saya datang membawa Award sebagai lambang persahabatan antar blog...silakan diambil di SINI
BalasHapusBtw,Thanks 4 your info ;;)
dalam sejarahnya setiap kampung, kota, atau negara selalu diwarnai pertempuran, ini memang kodrat hidup, menetap atau mencari wilayah lain
BalasHapusBerkunjung ke situs kerajaan Kutai Mulawarman di Muara Kaman sungguh menyenangkan. Kendati pun perjalanan melawan arus deras lebar tetapi sang driver pandai mengarahkan speedboatnya dengan tangkas.
BalasHapus