Minggu

MASA PEMBANGUNAN GUNTUNG



Pembangunan Guntung

Dibangunnya suatu perkampungan tidak lepas dari para tokoh yang mula-mula mebangun demikian juga halnya dengan kampung Guntung yang dibangun oleh para tokoh dari kampung Lempake, Kanibungan  dan  Pakuaji yang semua lahir berasal dari kota Bontang



Dari kampung Lempake                     
1.Aang, 2Idris, 3.Dari, 4.Sila,  5.Aja, 6.Jijir, 7.Amat, 8.Basir, 9.Jaber,10.Taris.11.Ganal,12.Sahira,13.Sahura 14.Ratal, 15.Midin, 16.Safri, 17.Asri Sindat, 18.Sabtu,19.Muhidin.
                       
Dari Kampung Kanibungan
1.Geruding, 2.Selamat, 3.Suka, 4.Cubung, 5.Saharu, 6.Anden, 7.Ibramsyah, 8.Kudding/Bonjeng, 9.Marot, 10.Ringkas, 11.Boleng, 12.Kubuk, 13.Hindi, 14.Badui, 15.Rajak, 16.Umar, 17.Bere’  18.Sahadin.

Dari kampung Pakuaji:
1.Barut, 2.Camma.


 

Pembangunan sarana Ibadah

Perkembangan selanjutnya mulailah Guntung Ditata dengan prioritas utama yaitu pembangunan Sarana Ibadah, untuk membangun sarana ibadah ini dipilihlah lokasi yang terdekat dengan sumber air yaitu satu satunya daerah yang  terdapat genangan air/ kolam kecil  masyarakat menyebutnya Guntung yang juga menjadi nama kampung Guntung hingga saat ini.

Pembangunan Mushola ini dilaksanakan dengan cara bergotong royong dengan alat dan bahan seadanya menggunakan tiang dari kayu Ulin, dinding dari Kulit kayu dan atap dari sirap dalam perkembangan selanjutnya Lokasi Mushala tesebut saat ini telah berubah menjadi Balai Pertemuan Umum ( BPU )  Guntung dan sementara ini di pungsikan sebagai  Kantor Kelurahan Guntung.

Penggalian / Pembuatan sungai
Guna kemajuan  dibidang pertanian salah seorang warga Guntung bernama AM.AbdulWahab  yang telah menyelesaikan pendidikan teknik sipilnya pada salah satu perguruan tinggi  di Kota Bandung mencoba mengajak warga Guntung untuk merubah kebiasaan bercocok tanam  mengandalkan sawah tadah hujan menjadi sawah yang mempunyai sistim pengairan/ irigasi  untuk itu maka dilakukanlah pengalian dari sungai sawing (Jl.kebun Salak ), sungai sawing ini mengalir dari sumber mata air Goa Sarang bulu hitam ,   menuju Sungai kenibungan, aliran ke sungai Kanibungan inilah di tutup dan di lakukan penggalian /membuat aliran sungai baru menuju Guntung  hingga ke laut yaitu   Muara Sungai Guntung  (saat ini muara sungai itu tidak dapat kita saksikan lagi kerena sudah di tutup untuk perluasan Pabrik Pupuk Kaltim)  rombongan yang dimuara Sungai  menggali dengan membawa Gong yang selalu di tabuh agar rombongan yang dari arah hulu sungai dapat mengetahui arah penggalian yang dituju, pengalian ini di lakukan pada tahun 1952 dengan jarak + 2.000 (dua ribu) meter.

Pembuatan Bendungan
Dengan telah selesainya penggalian sungai maka selanjutnya sesuai dengan tujuan semula di buatnya sungai ini adalah untuk irigasi sawah maka di bangunlah bendungan tahun 1953 yang langsung mendapat penijauwan dan bimbingan  teknis bahkan bantuan berupa material dari pemerintah propensi Kalimantan Timur melalui Dinas Pertanian, didatangkanlah bahan berupa kayu ulin yang sudah jadi dikirim dari Samarinda, sehingga penduduk Guntung melalui Gotong Royong  melakukan pepamasangan sesuai gambar yang telah diberikan dan lokasi pemasangan bendungan ini ditetapkan + 100 meter dari jembatan Guntung namun sayang dengan adanya pembuakaan HPH. Kayu bulat di hulu sungai guntung yang juga melakukan penggalian di Sungai batangan dialirkan ke arah sungai Guntung untuk kepentingan membawa hasil tebangan kayu bulat  empat meter, maka  bertambah  deraslah air yang mengaliri sungai sehingga bendungan tersebut  tidak sanggup menahan derasnya air dan  bendungan tersebut Jebol.
Bertepatan pula saat itu AM.Abdulwahab sebagai penggerak bagi penduduk Guntung untuk pembuatan bendungan pidah ke Bontang Kuala dan menjadi Kepala Kampong yang pertama di Bontang, setelah menjadi kepala Kampung di Di Bontang kemudian pindah ke Malasya maka pembangunan ini pun tidak dilanjutkan pada akhirnya sungai ini dipungsikan oleh pemegang HPH untuk menghayutkan  hasil tebangan mereka ke muara sungai  menuju laut, lambat laun sawah penduduk pun berangsur-angsur mongering, seperti yang dapat kita saksikan saat ini lokasi sawah tersebut telah berganti menjadi rumah-rumah penduduk dan jembatan ulin.

Pembangunan Jalan
Pembangunan selanjutnya diprioritaskan adalah pelebaran jalan, jalan yang semula hanya merupakan jalan setapak  berbelok belok , di lakukan pelebaran menjadi 4 (empat ) meter  sepanjang 1.000 meter terbentang dari Guntung hilir hingga Guntung Hulu dan Tanjong.sehingga  kelihatan  lebih  rapi  dari  semula.

Pembangunan Sekolahan
Untuk mengejar ketinggalan dan menghapuskan penduduk Guntung dari buta hurup maka pada tahun 1949 dibangunlah sebuah Sekolahan dengan ukuran 4 x 8 meter berlokasi di Guntung Hulu ( saat ini menjadi komplek Equator Hotel)  dan sebagai guru pengajar waktu itu adalah Aang wakil Kepla Kampung di Guntung dan istrinya Noresah yang juga dikenal sebagai Bidan di Kampung Guntung kemudian dibantu oleh Hindi T. hal ini berlansung samapai dengan tahun 1951, kerena kesibukan masing-masing yang menjadi guru saat itu dan tidak ada penggantinya maka sekolah pun terbengkalai hingga tahun 1952 maka atas prakarsa AM.Abdulwahab di bangun lagi sekolahan berukuran 5 x 12 meter dilokasi bagian tengah kampung Guntung lokasi tersebut (saat ini sebelah kiri masuk gang tahu). yang mana sekolahan ini selain untuk sekolah anak anak di gunakan juga untuk sekolahan orang dewasa, sebagi pendiri dan pengajar lansung ditangani oleh AM.Abdulwahab pada jaman tersebut dalam hal pengajaan  mengalami kemajuan dengan di ajarkannya bahasa inggris sebagai mata pelajaran oleh AM.Abdulwahab, beliau ini selain menguasa baha Inggris juga menguasai bahasa Belanda dan Bahasa Jepang dan beliau juga merupakan penduduk Guntung  yang pertama kali dapat bersekolah di pulau Jawa, menamatkan pendidikannya teknik sipil di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung.
Dengan berkembangnya  dan bertambahnya penduduk Guntung yang ingin bersekolah dan sekolahan yang ada pada saat itu hanya mempunyai dua ruang kelas dan sebagai tempat di dirikan bangunan sekolah tersebut bersetatus pinjaman dari seorang penduduk yang benama Idris  maka dicarilah lahan yang lebih luas untuk dapat membangun sekolah yang lengkap dengan halaman bermainnya maka dipilihlah lokasi yang bernama tanjong ( lokasi tersebut saat ini tepat di depan Kantin  PT.Pupuk Kaltim).

Dan sebagai guru saat ituadalah Ahmad Ta’daga saat ini beliau berdomisili di Samarinda dan bekerja pada Departemen Kesehatan Kota Samarinda, dan satu Guru lagi yaitu M.Johar beliau ini terakhir berdomisili di Kelurahan Loktuan tercatat sebagai  Kepala Sekolah SD.Negeri 013 Loktuan.

Pembangunan Lapangan Sepak Bola
Pembangunan Lapangan sepak Bola ini dilakukan untuk memenuhi pasilitas sebagaimana biasanya apabila ada sekolahan selalu di depan sekolahan itu dibangun lapang untuk bermain anak-anak maka dibangunlah lapangan dengan ukuran 100 x 100 meter selanjutnya di tanami rumpu layaknya sebuah lapangan sepak bola bola maka halaman ini pun lambat laun berubah pungsi yang tadinya hanya untuk halaman bermain untuk anak sekolah, kemudian dapat pula digunakan untuk bermain bola bagi penduduk kampung Guntung. Dan pada masa itu sejak tahun 1952 merupakan lapangan sepak bola yang cukup lumayan baik untuk ukuran Bontang dan sering digunakan untuk pertandingan persahabatan antar kampung.

Pembangunan Handel
Pembangunan Handel dilakukan sejak tahun 1951 dengan panjang  100 meter   dan  lebar 100 meter.  Handil ini adalah merupakan sawah bersama bagi penduduk kampung Guntung, dimana pada sawah itu seluruh lapisan masyarakat Guntung diwajibkan turut serta mulai membangun, menanam, membersihkan sampai panen dilakukan penduduk bersama-sama,  kemudian hasil dari  sawah/ handle ini di simpan sebagai lumbung padi kampung Guntung.yang dijaga oleh dewan adat kutai setempat

Guntung Sebagai Penghasil  Tepung Singkong
Sebagai kegiatan tambahan bagi murid sekolah pada waktu itu AM.Abdulwahab sebagai guru mewajibkan para muridnya untuk menanam singkong di pekarangan rumahnya masing masing  dengan dibantua orangnya lahan tersebut minimal berukuran  15 meter x 25 meter, hasil dari panen singkong ini kemudian dibuat tepung, kemudian tepung singkong ini dikumpulkan untuk dijual ke Samarinda, melalui  kerjasama dengan pembina pertanian propensi  maka setiap 3 bulan sekali  Kapal dari Samarinda datang ke Guntung untuk membeli tepung singkong tersebut.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar