Senin

Kehidupan Sosial Penduduk Guntung masa lalu


Unuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk baik sebelum maupun sesudah bermukim di Guntung,  warga Kutai hanya mengandalkan dari hasil alam yang ada di sekitarnya misalnya untuk menghasilkan pangan berupa beras mereka menanam padi disawah dan ladang selain itu juga menam jagung dan ubi kemudian  membuat tepung sagu yang dihasilkan dari pohon rumbia yang banyak tumbuh subur di sekitar perkampungan penduduk, untuk kebutuhan akan sayur mayur mereka menanam sendiri dikebun kebun mereka dan sebagian lagi telah tersedia tumbuh tampa ditanam sedangkan untuk kebutuhan akan gula mereka menyadap air dari pohon enau sebagai bahan baku yang selanjutnya  diolah menjadi gula merah yang dapat diminum bersama kopi tumbuk dari hasil tanaman biji kopi,untuk kebutuhan  ikan sebagai lauk mereka menagkapnya mengunakan alat terbuat dari bambu yang dianyam dengan rotan yang disebut bubuh, bubuh ini direndam dalam sungai sebagai alat penagkap ikan, kemudian untuk kebutuhan  daging hewan cukup hanya dengan memasang jerat atau jipah berupa alat jebakan tradisional atau melakukan  perburuan dengan alat sumpit maupun  tombak sedangkan sebagai lampu penerangan mereka mengunakan lilin yang dihasilkan dari sarang lebah madu dan getah damar begitu pula  untuk memasak mereka mengunakan kayu sebagi bahan bakarnya, dan usaha-usaha yang mempunyai nilai ekonomis bagi penduduk yaitu mempunyai usaha sarang burung wallet dari goa batu, getah pohon damar, madu dari sarang lebah, pembuatan atap sirap dari kayu ulin, pembuatan bahan untuk pembuatan kapal kayu sebagian lagi ada yang sebagai pengrajin yang memproduksi  perahu, ada pula yang menjadi pandai besi untuk pembuatan mandau senjata khas kutai dan alat alat untuk berburu serta alat pertanian



Dalam kehudupannya sosialnya  warga kutai di Guntung di Bontang masa lalu  dapat diceritakan sebagai berikut:

1.Menggarap Sawah:
Untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka menanam padi disawah dan sebagi lokasi sawah pada saat itu berada disebelah utara sungai Guntng tersebar dari ujung kampung Guntung sampai perkampungan Jl. Salak dengan mengeringnya persawahan tersebut saat ini yang dapat kita saksikan hanyalah rumah rumah penduduk dan jembatan ulin.

2.Menggarap Ladang :
Selain sawah ada juga Ladang untuk menan padi dan jagung, cara berladang penduduk menggunakan  sistim perladangan rotasi yaitu setiap tahun pindah lokasi hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesuburan tanah kerena merek tidak mengenal sistim pertanian yang menggunakan pupuk seperti saat ini, yang dimaksud sistim rotasi yaitu ladang garapan yang telah digunakan pada tahun ini tidak digunakan lagi pada tahun berikutnya sampai tiga tahun kemudian setelah itu kembali lagi ketempat semula dan itu belangsung terus menerus sampai adanya perusahaan dan bertambah penduduk yang datang dari daerah dan pulau-pulau lain yang turut mempengaruhi terdesaknya pendudk asli dengan isu ladang ber pindah-pindah  yang betrpotensi merusak hutan, hutan lindung, taman Nasional dan lain sebagainya, namun kalau dibandingkan masa ladang sistim rotasi dengan kenyataan yang ada saat ini kerusakan saat ini lebih parah berkali-kali lipat dan kaum pendatang tidak lagi memperdulikan apa itu namanya hutan lindung dan taman nasional sebagai paru paru dunia, inilah yang membuat terdesaknya penduduk perebumi kerena ketaattannya dengan hukum dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, sebut saja misalnya daerah Kenduung dahulunya merupakan lahan pertanian penduduk Guntung yang dibuka oleh salah seorang tokoh masyarakat Guntung yang Bernama Kanduung dan diabadikan namanya menjadi nama lokasi tersebut sampai saat ini, denga adanya larangan dari aparat TNK. Secara sukarela penduduk Guntung tidak lagi mengarap lahan tersebut namun kenyataanya saat ini telah berdiri rumah rumah penduduk dari luar daerah. Inilah salah satu potensi yang memicu komplik kecemburuan sosial,  tidak ditegakannya keadilan bagi warga negara secara menyeluruh.

3.Kebun Ubi :
Selain menanam padi disawah dan diladang disekitar pekarangan rumah rumah penduduk juga ditanami ubi dan ini sudah merupakan keharusan bagi setiap keluarga untuk menanam ubi, dengan demikian sejak tahun 1953 Guntung Sebagai penghasil tepung ubi yang dipasarkan ke Samarinda melalui kerjasama dengan departemen pertanian propensi.

4.Penmbuat tepung Sagu
Sebagi keanekaragaman pangan selain makanan pokok berupa beras dikenal juga makanan tambahan seperti jagung dan ubi, selain panganan yang sudah disebutkan tadai penduduk Guntung juga mengelola atau membuat tepung sagu yang dihasilkan dari pohon rumbia, pohon rumbia yang banyak tumbuh subur disekitar Guntung tersebut ditebang kemudian kulit batang nya dikupas dan isinya di parut atau dikeruk hingga membentuk butiran dan butiran ini kemudian dicampur dengan air dan diperas kemudian dibuang ampasnya lalu diendapkan dalam wadah yang besar selanjunya  dari hasil endapannya ini lah yang menghasilkan tepung kemudian dari tepung ini dapat diolah menjadi berbagai panganan dan berbagai macam kue,  sebahagian hasil dari tepung ini biasanya  dilakuakan sistim perdagangan barter dengan para nelayan yang bermukim dipinggir-pinggir pantai, warga Guntung memberikan tepung sagu sebaliknya nelayan memberi ikan segar maupun ikan yang sudah di asinkan.

5.Perikanan :
Dalam usaha perikanan penduduk  menggantungkan  usaha penagkapan ikan dengan mengunakan jebakan yang disebut bubuh  bentuknya bulat panjang 1-2 meter bagian atasnya ditutup dengan tempurung kelapa, bagian bawahnya dibuat anyaman berbentuk kerucut untuk masuknya ikan dan apabila ikan masuk tidak dapat keluar lagi,  bubuh ini terbuat dari bambu yang dianyam dengan mengunakan rotan yang dipasang di sungai-sungai yang ada disekitar perkampungan atau dapat juga mengunakan serkap yang terbuat dari bambu dianyam dengan rotan berbentuk bulan bagian bawah dan atasnya tampa tutup alat inilah yang ditancapkan oleh pencari ikan didanau-danau yang airnya dangkal dan pencari ikan pada saat itu juga dapat mengetahui hasil tangkapannya. Selain  melakukan pencarian ikan disungai dan danau sekali kali ada juga penduduk yang kelaut untuk mencari kerang dan ikan dengan mengunakan  tombak.

6.Peternakan
Unjtuk kebutuhan akan daging dari hasil ternak penduduk Guntung pada masa lalu hanya mengenal dua jenis pertenakan yaitu peternakan ayam kampung dan peternakan kambing selain itu tidak ada binatang yang diternak untuk kebutuhan akan daging biasanya penduduk  memasang jerat /jebakan, binatang yang umumnya dijerat ialah  ayam hutan (dalam bahasa kutai Sakan),  burung Punai, Kancil (bahasa Kutai Pelando’), sedangkan untuk Kijang dan  rusa (bahasa Kutai Payau) jerat/ jebakanya disebut jipah

7.Berburu:
Untuk mendapatkan daging dari hewan selain berternak dan memasang jebakan jerat atau Jipah penduduk Guntung masa lalu juga melakuan perburuan binatang dengan menggunakan tiga cara :

Cara yang pertama:
Yaitu dengan mengunakan alat sumpit, alat ini terbuat dari bahan kayu ulin yang dibulatkan dan diberi lobang pada tengahnya dengan diameter +11(sebelas) mm panjangnya antara 1,5(satu setenga)  meter sampai 2(dua) meter, untuk anak mata sumpit sebagi peluru dibuat dari pelepah pohon enau atau temberau dapat juga dibuat dari kayu ulin yang di runcingkan dengan panjang + 15(lima belas) cm dan diameter 2(dua) mm dan pada ujung mata sumpit di beri racun dari getah pohon yang disebut upas. Berburu mengunakan alat ini paling efektif biasanya untuk berburu kancil namun dapt juga untuk berburu kijang dan rusa dengan hanya menunggu diatas pohon yang sedang berbuah disekitar kampung pada senja hari dikala binatang tersebu sedang memakan buah yang telah berguguran  atau dapat juga  digunakan pada malam hari dengan mengunakan suar yaitu lampu minyak yang mengunakan logam yang di pasang pad lampu minyak tersebut, logam ini digosok sedemikian rupa sehingga mengkilat sebagi pemantul cahaya yang apabila terkena mata binatang, binatang tersebut silau dan tidak dapat melarikan diri kemudian disumpit.


Cara yang kedua :
Yaitu dengan mengunakan alat tombak (dalam bahasa kutai Buja’) alat ini dipakai berburu biasanya pada malam hari yaitu dengan mengunakan lampu suar yaitu lampu minyak yang dipasangi logam yang mengkilat sebagi pemantul cahaya sehinga apabila diarahkan ke binatang buruan binatang tersebut silau dan tidak dapat melarikan diri, pada saat ini si pemburu bergerak perlahan mendekati buruannya dan pada jarak tertentu tombak ini ditancapkan pada tubuh binatang tersebut.

Cara yang ketiga:
yaitu mengunakan binatang seperti anjing, anjing ini adalah merupakan ajing peliharaan yang memang dilatih untuk melakukan perburuan binatang jumlahnya pun banyak anatar lima sampai limabelas ekor, biasanya digunakan untuk berburu binatang seperti Kijang, Rusa dan lembu, anjing-anjing ini dibawa kehutan untuk mencari binatang buruan dan apabila  telah menemukan mangsanya anjing-anjing ini akan mengonggong sehingga membuat binatang buruan kebingungan mendengar suara anjing yang banyak tersebut maka dengan mudahnya seorang pemburu menombak binatang tersebut atau menebas kaki  dari binatang itu hingga rubuh selanjutnya disembelih .

1 komentar:

  1. wah kaya nya asik juga tuh ikut berburu...tp kl bukan anggota suku boleh gak sam ikut berburu

    BalasHapus