Senin

PERPINDAHAN PENDUDUK KUTAI DARI LEMPAKE KE GUNTUNG

Perpindahan penduduk Kutai ke kampung Guntung diawali dari Kampung Lempake (sekarang Km 2 termasuk dalam wilayah Kelurahan Loktuan) yang dibuka dua keluarga yang bernama Tada’ Bin Muhammad bersama istrinya bernama Sa’diah dan seorang lagi bernama Rembang bersama istrinya bernama Rinting Beliau ini lah yang pertama kali membuka dan bermukim di kampung lempake sejak penghujung abad 17 M, di beri nama lempake karena daerah tersebut banyak terdapat tumbuhan bambu kecil dan tipis orang Kutai menyebutnya buluh Lempake, dan Orang yang bernama Tada dan bernama Rembang ini merupakan bagian dari rombongan kecil yang mengemban misi menjaga perbatasan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di pesisir selat makasar yang berasal dari penduduk kampung Panji Tenggarong ibu kota Kutai Kartanegara.
Rembang mempunyai anak 6 ( enam ) orang :
1.Sairun, 2 Teru, 3.Botong,
4.Geruding, 5.Gemul, 6.Tambal.

Tada’ mempunyai anak 8 (delapan) orang yatu : 1.Ismail, 2.Mustaf , 3.Samsi , 4.Marsat,
5.Teka , 6.Dukak , 7.Janiah , 8.Pokek.

dan Putranya pertamanya bernama Ismail membuka Kampung Kanibungan, dan Putra keduanya bernama Mustaf membuka kampung Pakuaji. Dan Putrinya bennama Pokek menikah dengan seorang yang benama Kadim dari pasangan bernama Tunduk dan Tebok berasal dari kampung Ketoana Toha yang turut menambah komonitas penduduk kampung Lempake.
Dalam perkembangan selanjutnya dari ketiga kampung tersebut maka Kanibungan menjadi pusat pemerintahan yang di kepalai oleh seorang petinggi bernama Depung, yang memerintah sampai dengan tahun 1941, Petinggi Depung ini berasal dari Tenggarong, seorang petinggi pada masa itu adalah seorang kepercayaan raja yang diberi wewenang untuk memungut pajak hasil bumi seperti Sarang burung Walet, Getah Damar, rontan, kayu gharu madu dll. Setiap tahun pajak ini di serahkan ke bendahara kerajaan pada saat akan dilangsungkan pesta adat Erau di Pusat pemerintahan kerajaan Kutai. dari keturunan Tada’ dan rembang inilah penduduk kampung lempake dan kampung Kanibungan serta kampung Pakuaji berkembang, seiring perkembangan dengan bertambahnya penduduk di ketiga kampung tersebut maka dibukalah lahan baru untuk Bercocok tanam maupun berkebun dan daerah yang dianggap strategis kerena dapat memenuhi kedua kreteria tersebut adalah Guntung karena di bagian arah Utara Tanahnya rendah dan ber air cocok untuk persawahan sedangkan dibagian Selatan tanahnya lebih tinggi dapat ditanami berbagai tanaman seperti: Pisang, Kopi, Nangka, Cempedak, keledang, langsat, rambutan, Wanyi, mangga, durian, elay, keretongan, lahong, kelapa dan lainnya Juga ditumbuhi Pohon rumbia yang dapat menghasilkan tepung sagu sebagai makanan tambahan selain beras bagi penduduk dan pohon Benda atau aren yang dapat menghasilkan air aren sebagai bahan baku pembuatan gula merah. disamping itu letak Guntung ini diantara ketiga Kampung Lempake dan Kanibungan serta Pakuaji. Untuk menjaga sawah dan kebun mereka membuat Pondok-pondok, lambat laun hampir semua penduduk kampung Lempake’ Kanibungan dan Pakuaji membuat podok di Guntung ini sehingga generasi selanjutnya mempinyai pemikiran kalau penduduk ketiga kampung tersebut di jadikan satu di Guntung maka akan terasa lebih ramai, dan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan bergotong royong akan lebih terasa ringan, untuk itu diadakan lah musyawarah dan sepakat menjadikan Guntung Sebagai Daerah Pemukiman, maka pada tahun 1948 serentak ketiga kampung tersebut secara resmi pindah ke Guntung.yaitu di daerah BONTANG Kaltim

2 komentar: